Oke, setelah sekian tahun lamanya tidak membuat posting di blog ini. Akhirnya timbul kembali hasrat untuk menulis di blog yang sudah usang ini. Sudah banyak sarang laba-laba yang nempel di sudut-sudut blog ini.. hehe..
Ok, let's go to the topic aja ya.. Kelamaan intermezzo ntar jadi boring lagi.
Kali ini saya ingin mengupas sedikit mengenai COBIT. Bagi para praktisi IT, Consultant IT, Manager IT, maupun mahasiswa SI/TI pasti tidak asing dengan COBIT. COBIT merupakan sebuah framework untuk manajemen IT dan tatakelola IT (IT Governance) yang diterbitkan oleh ISACA (Information Systems Audit and Control Association).
COBIT sendiri merupakan singkatan dari Control Objective for Informations and Related Technology. COBIT merupakan sebuah framework tata kelola IT yang memiliki peran untuk menyediakan perangkat kerja yang memberikan kemudahan kepada manajer IT untuk menjembatani perbedaan antara kebutuhan kontrol, isu teknis dan resiko bisnis. Tujuan utama dari dokumentasi COBIT adalah untuk memberikan kerangka kerja yang komprehensif dalam menentukan dan menyelaraskan tujuan bisnis dengan tujuan IT dan Proses IT.
Sedangkan isi dari framework COBIT itu sendiri terdiri dari kumpulan-kumpulan dari best practices dari beberapa domain yang terdapat dalam COBIT. Kumpulan best practices tersebut dapat digunakan sebagai panduan bagi praktisi IT, untuk melakukan pendefinisian tujuan IT maupun untuk melakukan IT Assesment.
Dalam proses pengembangan tata kelola IT, COBIT digunakan sebagai panduan dalam melakukan siklus pengembangan IT di suatu organisasi. Siklus tata kelola IT berdasarkan COBIT terdiri dari 4 tahapan yakni Plan and Organise, Acquire and implement, Deliver and Support, Monitor dan Evaluate. Proses ini terus berlangsung secara terus menerus. Biasanya trigger yang akan menyebabkan perlu dilakukan pendefinisian ulang Strategy IT adalah kebutuhan dari sisi bisnis atau adanya teknologi-teknologi baru yang dianggap mampu sebagai enabler bagi sebuah organisasi. Dengan menggunakan COBIT, maka diharapkan sebuah organisasi memiliki strategi IT yang telah selaras dengan kebutuhan Bisnis organisasi. Serta perusahaan memiliki perangkat untuk melakukan asesmen dan penilaian pencapaian tujuan IT dibandingkan dengan Tujuan Bisnis yang telah dicanangkan.
Gambar berikut, menunjukkan COBIT Circle, yang menunjukkan siklus pengembangan Tata Kelola IT di sebuah organisasi,
COBIT saat ini sudah mengalami berbagai macam enhancement sejak pertama kali di terbitkan. COBIT saat ini sudah memberikan dokumentasi secara detail untuk berbagai macam domain terkait Information System dan Teknologi-Teknologi Lain. COBIT juga telah mengadopsi beberapa good practices seperti COSO, ITIL, ISO 27000, CMMI, TOGAF and PMBOK. Dan yang versi terbaru, 5.0 sudah mengintegrasikan versi 4.1 dengan good practices lain seperti Val IT 2.0 and Risk IT Frameworks, ISACA's IT Assurance Framework (ITAF) dan Business Model Form Information Security (BMIS)
Jadi, dengan mempelajari COBIT, kita dapat memiliki pengetahuan yang baik untuk dapat menyusun strategi IT untuk berbagai domain IS/IT di organisasi agar strategi IT tersebut selaras dengan kebutuhan bisnis organisasi.
Rujukan :
http://en.wikipedia.org/wiki/COBIT
Other resources
=================================================
kurangin tidur banyakin ngopi
WARKOP IT
Dimana IT bisa diobrolkan secara santai dan bersahaja
Monday, 7 October 2013
Tuesday, 18 September 2012
Software Engineering Practices
1.
Tahapan-tahapan pengembangan perangkat lunak
1.
Pengenalan masalah.
2.
Merencanakan penyeleseian masalah
(Pemodelan dan Desain Perangkat Lunak)
3.
Melaksanakan apa yang sudah
direncanakan
4.
Melakukan evaluasi pada sistem yang
telah dikembangkan (Quality Assurance Test)
2.
Pengenalan Masalah
Sebagai pengembang dari sebuah
sistem maka perlu untuk melakukan analisa terhadap masalah yang harus
diseleseikan dengan software yang kita bangun. Analisis tersebut bertujuan agar
software yang kita hasilkan tepat untuk dapat menyeleseikan masalah yang sedang
dihadapi.
Pengembang perangkat lunak secara
umum terbagi menjadi 2. Yakni pengembang perangkat lunak yang mendapatkan tugas
dari klien untuk menyeleseikan masalah yang dihadapi dan pengembang perangkat
lunak yang melakukan inovasi untuk menyeleseikan masalah yang ada dilapangan.
Pada kedua tipe pengembang ini maka proses yang harus dilakukan juga identik.
Pada tahap pertama, mereka harus mampu untuk memetakan permasalahan yang akan
diseleseikan dengan perangkat lunak.
Pemetaan masalah dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut,
1. Siapa pihak yang bertanggung jawab terhadap
masalah yang sedang dihadapi?
Dengan mengetahui pihak yang bertanggung jawab, maka kita dapat
menentukan dengan tepat personal-personal yang diindikasikan mampu memberikan
informasi dengan jelas dan tepat tentang masalah yang dihadapi dan harapan yang
diinginkan.
Bukan tidak mungkin kita harus melakukan investigasi permasalah lintas
bidang jika memang sistem yang akan kita kembangkan terkait dengan bidang lain.
Kita dapat meminta klien untuk menunjukkan siapa personal yang dapat dimintai
keterangan terkait kebutuhan mereka.
2. Apa yang kita tidak ketahui tentang masalah
mereka?
Sebagai analis kita harus memiliki
daftar informasi tentang masalah yang
sedang dihadapi. Kita harus menyusun daftar pertanyaan untuk menanyakan
informasi-informasi yang kita tidak ketahui. Sehingga setelah proses
identifikasi masalah selesai, kita sudah memiliki informasi yang komprehensif
tentang masalah tersebut.
Paradigma seorang analis yang
pintar tidak perlu melakukan wawancara terlalu banyak merupakan paradigm yang
salah. Walaupun mungkin kita sudah memiliki gambaran tentang masalah yang
dihadapi, namun kita diwajibkan untuk melakukan cross check langsung dengan klien. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya misunderstanding
dari pihak analis. Dokumentasi hasil wawancara ataupun penggalian informasi
harus mendapatkan persetujuan dari pihak klien. Dokumentasi tersebut dapat kita
jadikan sebagai pedoman awal dalam menyusun rencana penyeleseian masalah.
3.
Memetakan masalah menjadi lebih detail dengan
membuat sub-problem.
Setelah seluruh informasi kita
dapatkan. Kita akan mendapatkan gambaran masalah secara helicopter view
(General). Kita harus memecahkan masalah yang general tersebut ke sub-sub
masalah yang lebih kecil. Pembagian masalah menjadi sub-sub bagian yang lebih
kecil sekaligus berfungsi untuk lebih mendetailkan masalah yang dihadapi.
Seringkali kita akan menemukan detail informasi yang terlupakan, sehingga kita
dapat mengantisipasi kemungkinan tersebut diawal pekerjaan.
Selain itu, dengan memecah masalah
menjadi sub bagian yang lebih kecil akan menjadi langkah awal kita dalam
melakukan analisis pemecahan masalah yang akan kita ajukan. Pemecahan masalah
bisa ditunjukkan secara spesifik untuk tiap-tiap detail unit. Serta pembagian
masalah akan mendorong kita untuk memberikan solusi dengan sifat Object
Oriented.
4.
Usahakan untuk merepresentasikan hasil analisa
dengan bantuan gambar.
“Picture is more than thousand word” mungkin sebuah kata yang bisa
merepresentasikan hal ini. Dengan menggunakan gambar sebagai media untuk
menyederhanakan pola pikir kita maka akan mempermudah kita untuk berkomunikasi
dengan pihak-pihak lain.
Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan interaksi kita sebagai analis tidak melulu
berhubungan dengan programmer yang sangat teknis-oriented, terkadang kita harus juga untuk mempresentasikan hasil
analisis yang kita lakukan kepada end-user.
Maka penjelasan dalam bentuk gambar menjadi senjata yang sangat baik.
3.
Plan a solution (Modelling dan Desain perangkat
lunak)
1. Apakah ada masalah serupa yang sudah
ditangani?
Permasalahan di dunia IT memiliki
kemiripan-kemiripan. Sehingga dalam dunia IT sudah jamak jika kita menyusun
penyeleseian masalah dengan berdasarkan database problem solving yang telah
kita miliki.
Kita akan dapat bekerja lebih cepat dan
proven dengan memanfaatkan dokumentasi dari masalah serupa yang telah kita
kenal sebelumnya. Sehingga kita bisa langsung in dengan masalah tersebut tanpa perlu mempelajari lebih lama.
Oleh karena itu, sebagi IT analis professional,
dokumentasi masalah dan solusi akan menjadi reusable resources yang sangat
berharga dalam menunjang kegiatan pekerjaan.
2. Apakah masalah tersebut sudah terseleseikan?
Jika dokumentasi masalah sudah kita miliki,
kita juga harus memperhatikan apakah masalah tersebut sudah dapat terseleseikan
/ tersedia resources untuk menyeleseikan masalah tersebut. Solusi yang proven
ini bisa diperoleh baik dari dokumentasi pribadi kita maupun solusi yang telah
ada di luar.
Pada era sekarang, pengembang sistem sudah
mengenal teknologi OOP. Dengan konsep OOP maka fungsi-fungsi yang telah kita
kembangkan sebelumnya akan dapat kita jadikan sumberdaya untuk menyeleseikan
suatu masalah. Konsep reusable resources ini yang memudahkan pengembang untuk
mendevelop sistem yang besar dalam waktu yang relative singkat.
Selain solusi yang telah kita miliki
sendiri, jika diluar telah tersedia solusi yang proven maka kita juga tidak
haram untuk menggunakan solusi tersebut pada sistem kita. Kita harus memiliki
planning yang tepat apakah dengan fully development sistem memberikan nilai
efektivitas yang tinggi atau malah menimbulkan time consuming yang besar.
3. Dapatkah kita menenteukan sub-problem?
Sepeti pada tahap analisis awal yang telah
dikemukakan. Konsep pemecahan masalah menjadi unit-unit kecil merupakan
pendekatan yang baik bagi kita untuk menyeleseikan suatu masalah.
Pendekatan OOP juga akan terbantu jika kita mampu untuk merepresentasikan solusi dengan membagi masalah menjadi sub-sub bagian masalah yang lebih spesifik.
Pendekatan OOP juga akan terbantu jika kita mampu untuk merepresentasikan solusi dengan membagi masalah menjadi sub-sub bagian masalah yang lebih spesifik.
4. Dapatkah kita menampilkan solusi yang dapat
diimplementasikan secara efektif?
Solusi yang kita tawarkan harus mampu untuk
diimplementasikan secara efektif baik secara sumberdaya maupun ketepatan dalam
memecahkan masalah.
4.
Execute the plan
1. Apakah solusi yang dikerjakan sesuai dengan
rencana yang telah dirumuskan?
Pada tahap implementasi fungsi sistem
analis adalah harus memastikan bahwa para programming (eksekutor dari rencana)
telah benar-benar mengkodekan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Logika-logika liar diluar dari rencana yang telah ditentukan
seminimal mungkin harus dihindarkan pada tahapan ini. Semua eksekusi pekerjaan
harus disesuaikan dengan rencana (solusi yang telah dianalisa).
Oleh karena itu, pada tahap perancanaan
harus dilakukan analisa yang komprehensif dan dalam agar dapat menghasilkan
rencana yang baik.
Perlu diingat salah satu statement khas
dari dunia engineering “If we failed to
plan, we plan to fail”. Jika kita gagal dalam menyusun perencanaan dengan
baik maka kita merencanakan sebuah kegagalan.
2. Apakah source code dapat ditelusuri dan
sesuai dengan model yang telah dibuat?
Source code yang dibuat harus dapat
ditraceback kedalam model yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga pada saat
proses supervisory terhadap tim pengembang (programmer) maka analis dapat
dengan mudah untuk menemukan kesalahan ataupun ketidaksesuaian implementasi dengan
rencana yang telah disusun.
Selain itu, pada saat proses pemodelan
sistem kita juga harus mampu untuk membuat modeling sistem yang sesuai dengan
rencana eksekusi pekerjaan. Contohnya jika pada tahap pengembangan berencana
menggunakan sistem yang menerapkan OOP (Object Oriented Programming) maka kita
juga harus memodelkan sistem yang akan kita buat dengan menggunakan pendekatan modeling
berbasis object.
3. Apakah tiap bagian dari solusi telah dapat
berfungsi dengan benar?
Pada tahap pengembangan ini kita juga dapat
melakukan evaluasi awal dengan melakukan debugging untuk tiap-tiap bagian dari
solusi yang telah dikerjakan. Pada tahapan ini jika memang ditemukan masalah maka
kita dapat langsung melakun re-planning untuk sub sistem tersebut.
5.
Examine
the result
1. Apakah mungkin untuk melakukan test pada
tiap bagian dari solusi yang dibuat?
Setelah sistem telah selesai dikembangkan
maka kita harus melakukan pengecheckan sistem baik secara fungsionalitas maupun
pengetestan dari tiap-tiap fungsi yang ada.
Pengetesan dari fungsi-fungsi menjadi
sangat penting karena biasanya bug terjadi bukan pada fungsionalitas utama
namun pada bagian-bagian kecil sistem yang telah kita kerjakan.
“The
Devils is at the detail”
2. Apakah telah memiliki dan
mengimplementasikan metode testing yang baik?
Kita juga harus merencanakan dan memiliki
metode testing yang terstandar untuk menguji perangkat lunak yang kita miliki.
Metoda-metode testing yang digunakan harus dapat merepresentasikan segala
kemungkinan yang terjadi pada sistem.
Eg. Pada saat melakukan testing aplikasi
Sistem Informasi Akademik. Kita tidak boleh melakukan test hanya dengan
mengunakan satu single user yang mengakses fungsional sistem. Namun kita juga
harus mensimulasikan kondisi puncak jumlah pengakses sistem kita, sehingga kita
dapat mengetahui batasan-batasan dari sistem yang telah kita buat. Setelah
diketahui batasan tersebut, kita bisa merencanakan solusi yang tepat, baik dari
sisi repairing sistem atau mengatur kebijakan (policy).
Resume kuliah Software Engineering by Mr. Arry Akhmad A.
http://kupalima.wordpress.com
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Tuesday, 11 September 2012
"Information Technology (IT) Doesn't Matter, Carr" Sebuah cara pandang lain tentang investasi IT
Udah lama nih nggak posting di blog tercinta. Kangen juga ternyata... hehe... Alhamdulillah saat ini kuliah sudah dimulai kembali, insyaallah banyak ilmu yang bisa "dirampok" disini. :-) Biasanya kalau udah kuliah gini, jadi rajin posting-posting di blog. Semoga aja bisa dilakukan secara kontinu, berbagi ilmunya..
Pada postingan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah paradigma dari seorang analis Bisnis dari Harvard university mengenai kondisi investasi IT dalam upaya meningkatkan nilai tambah dari suatu perusahaan. Hal yang sangat menarik adalah argumen yang dilontarkan oleh beliau bahwa sebenarnya pada saat ini "IT doesn't Matter" bagi perusahaan-perusahaan. Penasaran? Sebagai orang IT pasti kita mengernyitkan dahi ketika membaca argumen ini, tapi artikel ini menarik untuk disimak. Selamat membaca. :-)
Semenjak ada penemuan dan pengembangan
mikroprosessor dengan teknologi silicon, menyebabkan dunia IT berkembang dengan
pesat. Pesatnya teknologi tersebut merubah tata cara berbisnis dunia. Teknologi
informasi menjadi tulang punggung bagi perdagangan dunia.
Perkembangan dan kekuatan Teknologi
informasi yang semakin meningkat membuat perusahaan memandang bahwa sumberdaya
teknologi informasi menjadi aspek yang kuat untuk mencapai kesuksesan.
Investasi untuk mengaplikasikan dan mengembangkan teknologi informasi di
perusahaan meningkat dengan pesat.
Meningkatnya investasi dan
pemujaan terhadap IT merubah cara pandang terhadap IT. Perusahaan sangat memperhatikan
bahwa teknologi informasi memiliki nilai strategis dalam upaya untuk
meningkatkan sisi kompetitif perusahaan.
Pandangan tersebut merupakan sebuah kesalahan.
Nilai strategis didapatkan dari kelangkaan bukan dari benda yang bersifat ubiquity.Perusahaan akan mendapatkan
keuntungan dibanding pihak lain hanya karena perusahaan lain tidak mampu atau
tidak bisa melakukannya. Padahal, saat ini ketersediaan IT sangat mudah
didapatkan. Hal ini membuat potensi IT sebagai sumberdaya potensial berubah hanya
menjadi faktor komoditas dari sebuah produksi.
Contoh nyata fenomena tersebut
adalah pada fenomena mesin uap, jalur kereta api, telegraph, telepon, generator
listrik sampai mesin pembakaran internal. Ketika sudah meningkat ketersediannya
dan menjadi benda yang jamak,maka teknologi tersebut bukan lagi menjadi strategic standpoint dalam meningkatkan
value perusahaan.
Keuntungan yang menghilang
Pemanfaatan infrastruktur
teknologi akan menjadi sesuatu yang sangat potensial jika teknologi tersebut
merupakan teknologi yang sukar untuk diperoleh kompetitor. Perusahaan akan
memiliki keuntungan yang sangat tinggi jika mempunyai hak milik akan sebuah teknologi.
Namun lama-kelamaan dengan berkembangnya teknologi akan mengakibatkan teknologi
tersebut berubah menjadi infrastruktur teknologi yang umum.
Analogi pemanfaatan teknologi
informasi pada saat ini memiliki gejala yang sama dengan pemanfaatan infrastruktur-infrastruktur
teknologi lain pada awal-awal abad 20-an. Jalur kereta api, pada awalnya
merupakan sebuah infrastruktur penting bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan
nilai dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai berupaya untuk meningkatkan
kemudahan distribusi produk mulai dari pabrik, distributor sampai ke pelanggan
dengan membangun jalur-jalur kereta api pribadi. Tapi pada suatu titik,
perusahaan-perusahaan tersebut sadar bahwa teknologi tersebut tidak reliabel
untuk dimiliki secara personal oleh perusahaan. Sehingga teknologi tersebut
menjadi infrastruktur umum yang dapat diakses oleh banyak pihak. Pada titik
tersebut potensi jalur kereta api sebagai nilai tambah menjadi menghilang.
Fenomena tersebut juga didukung oleh sejarah yang sama pada teknologi-teknologi
lain seperti, telegraph, telephone, mesin uap, stasiun pembangkit listrik.
Saat teknologi sudah menjadi
infrastruktur yang jamak dan dapat diperoleh dengan mudah. Keuntungan yang
didapat bukan lagi menjadi keuntungan pribadi perusahaan namun sudah menjadi
keuntungan secara makro ekonomi. Poin utama yang harus diperhatikan, seberapa
besarpun potensi strategis dari suatu teknologi yang mampu membedakan suatu
perusahaan dengan perusahaan lain akan menurun potensinya jika teknologi
tersebut menjadi mudah diakses dan tersedia bagi semua.
Komoditisasi dari IT
Meskipun sedikit lebih kompleks
dibanding teknologi-teknologi terdahulu, IT memiliki fenomena yang mirip.
Fungsi IT cenderung mengarah pada transportasi
atau pemindahan data. Sifat infrastruktur IT sebagai sarana transportasi
ini akan lebih menguntungkan jika disharing.
Apalagi, IT memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk ditiru. Fungsi-fungsi
yang semakin banyak diketahui oleh masyarakat umum akan mendorong terbentuknya
standarisasi teknis. Hal tersebut akan menjadi akhir dari aplikasi propietary dan akan berubah menjadi
“economic obsolence”. Bukan hanya software yang mudah ditiru sebagai penyebab
utama terjadinya economic obsolence,
penggunaan software yang generik tentu akan menyeragamkan bisnis proses
sebagian besar perusahaan.
Kemunculan internet mendorong
terjadinya komoditisasi IT dengan menyediakan jalur pengiriman yang sempurna
untuk aplikasi generik. Terlebih lagi pada saat ini perusahaan memenuhi
kebutuhan teknologi hanya dengan membeli web
service dari pihak ketiga. Vendor-vendor utama saat ini pun mulai berpikir
untuk menempatkan diri sebagai “IT utilities”. Sehingga, perusahaan mulai
merubah aplikasi yang dikembangkan sendiri dengan aplikasi yang generik.
Kesimpulan dari semua alasan
yang telah dikemukakan. IT akan menjadi subyek yang mengalami penurunan harga
yang sangat cepat. Dikarenakan batasan-batasan keunggulan dari kompetitor mulai
hilang dan IT menjadi komoditas yang bisa diakses dengan mudah oleh semua
pihak.
Seperti
infrastruktur-infrastruktur teknologi terdahulu, IT menyediakan kesempatan
untuk perusahaan memiliki keuntungan kompetitif hanya pada saat teknologi
tersebut dimiliki secara pribadi (propieatary). Namun akan mengalami penurunan
kegunaan jika teknologi tersebut sudah jamak dimiliki oleh masyarakat.
Contoh perusahaan yang
mengalamai fenomena tersebut adalah,
a.
AHS (American Hospital Supply dengan “ASAP
(Analytical Systems Automated Purchasing)”
b.
American airlines dengan “Sabre Reservation
System”
c.
Federal Express dengan “Package-Tracking System”
d.
Mobil Oil dengan teknologi “Automated Speedpass
payment System”
e.
Reuter dengan “financial information network”
f.
E-bay dengan usahanya yang mampu merubah
industri dengan IT.
Dari contoh diatas, memiliki
fenomena yang mirip. Keunggulan pemanfaatan infrastruktur IT hanya terjadi
ketika kompetitor lain belum memiliki teknologi tersebut. Namun ketika
teknologi sudah dapat dimiliki secara luas maka keunggulan tersebut menurun
dengan cepat. Namun tidak bisa dipungkiri terdapat perusahaan-perusahaan yang
dapat memanfaatkan inovasi IT untuk menjadi keunggulan utama perusahaan
tersebut. Contohnya terjadi pada Walmart dan Dell Computer.
Tetapi, pada saat ini kesempatan
untuk meningkatkan keuntungan dari investasi berbasis IT mengalami trend
penurunan. Berdasarkan sejarah, teknologi yang mampu memberikan dampak besar
terhadap perubahan perilaku industri pada suatu titik akan mengalami penurunan
dikarenakan waktu perkembangan teknologi tersebut sudah mendekati akhir. Pada
saat ini IT berada pada posisi penurunan tersebut. Ciri-ciri teknologi IT yang dinilai sudah
mulai mendekati akhir perkembangan antara lain, sebagai berikut,
a.
Kekuatan IT melampaui kebutuhan perusahaan.
b.
Harga dari fungsionalitas IT menjadi sangat
murah sampai pada titik dimana teknologi dapat dimiliki oleh orang banyak.
c.
Kapasitas dari jaringan distribusi universal
tidak seimbang dengan rendahnya kebutuhan industri.
d.
Vendor mulai memposisikan diri sebagai suplier
komoditi atau sebagai bagian dari utilitas perusahaan.
e.
Gelembung investasi IT yang telah meledak, yang
secara historis menjadi indikasi yang jelas bahwa teknologi telah mencapai
akhir masa perkembangan.
Walaupun nilai dari IT mengalami
penurunan namun tetap terdapat beberapa perusahaan yang mengalami perkecualian
karena memiliki aplikasi yang memiliki spesifikasi yang sangat tinggi.
Perubahan paradigma investasi IT (From Ofensif to Defensif)
Trend penurunan kegunaan IT
dalam memberikan nilai tambah ke perusahaan seharusnya disikapi dengan bijak
dengan pengelolaan IT yang lebih baik. Apalagi investasi IT memiliki resiko
operasional yang relatif besar. Resiko operasional yan berhubungan erat dengan
IT antara lain, technical gliches, keusangan,
berhentinya layanan, vendor atau partner tidak terpercaya, pelanggaran
keamanan, bahkan terorisme. Dan yang paling utama adalah perusahaan mulai
beralih dari sistem yang terkontrol dengan ketat dan propieatary menjadi
terbuka dan di-share.
Pada saat ini sudah seharusnya,
manajemen investasi IT sudah melakukan perubahan paradigma berinvestasi
terhadap IT.Berdasarkan gejala-gejala yang timbul, paradigma investasi yang
terus berupaya melakukan investasi IT hanya demi memperoleh posisi strategis
dalam kompetisi menjadi kurang tepat. Seharusnya perusahaan saat ini lebih berpikir
kearah bagaimana untuk memanfaatkan teknologi IT yang sudah dimiliki untuk
dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal (Pola Defensif).
Beberapa perusahaan saat ini sudah melakukan
terobosan dengan berupaya mengidentifikasi kerentanan yang mereka miliki
daripada melakukan investasi pada teknologi baru. Secara lebih jauh, bencana
yang paling menakutkan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan adalah
pengeluaran yang berlebih. Padahal investasi IT akan mengalami penurunan harga
yang sangat signifikan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan
penghematan besar-besaran untuk pengeluaran pada investasi IT. Perusahaan harus
pandai dalam menentukan skala prioritas pembelian IT.
Pada tahapan yang lebih tinggi,
penghematan dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap hasil yang
didapatkan dari investasi sebuah sistem. Perusahaan tersebut berupaya lebih
kreatif dalam mencari alternatif yang lebih murah dan sederhana bahkan membuka
peluang untuk melakukan outsourcing.
Pengeluaran yang tinggi terhadap
investasi pada IT sebenarnya akibat dari strategi dagang para vendor-vendor IT.
Vendor tersebut memiliki kemampuan strategis untuk mendorong
perusahaan-perusahaan terus menerus mengeluarkan investasi untuk pembelian dan
upgrade infrastruktur IT yang mereka miliki. Oleh karena itu, perusahaan harus
bijak dalam menyikapinya.
Selain bijak dalam melakukan
investasi IT, perusahaan juga harus menghilangkan kecerobohan dalam pemanfaatan
IT yang selama ini dilakukan. Sebagian besar infrastruktur IT pada saat ini
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berguna bagi perusahaan.
Strategi investasi yang sangat
bagus untuk dilakukan pada saat ini adalah dengan melakukan penundaan investasi
IT hingga pada saat yang tepat. Kebiasaan perusahaan yang kurang sabar dan
takut tertinggal teknologi menyebabkan investasi IT menjadi membesar. Biaya
riset dan investasi IT akan sangat tingi dan tidak relevan dengan keuntungan
yang didapatkan. Dilain pihak terdapat
perusahaan yang memiliki strategi cerdas. Perusahan tersebut mampu untuk
mendapatkan keuntungan lebih dengan cara menunggu sampai teknologi tersebut
terstandarisasi dan telah tersedia best
practices yang solid.
Pendapat bahwa pengurangan
pengeluaran untuk IT dapat merusak posisi kompetitif suatu perusahaan tidak sepenuhnya
benar. Bahkan menurut statistik yang dikeluarkan oleh “Alineam Consulting Firm”
menyatakan, 25 Perusahaan teratas yang memperoleh keuntungan tertinggi dari
investasi IT justru memiliki pengeluaran relatif kecil dibanding perusahaan
pada umumnya.
Tata cara pengelolaan IT yang
baik pada saat ini harusnya tidak lagi berupaya mencari keuntungan secara
agresif dari investasi IT, namun lebih kearah mengatur manajemen risiko dan
biaya dengan cermat. Dengan pola fikir defensif terhadap investasi IT pada saat
ini akan menyelamatkan perusahaan dari investasi yang mubazir.
(*Diresume dan ditranslasikan dari Paper IT Doesn't Matter Nicholas G. Carr)
Semoga para pelaku IT bisa mengambil pelajaran dari analisis yang dilakukan oleh Nicholas G.Carr diatas.
"Sometimes, we need to stop a while or take some steps back to make higher jump" :-)
(*Diresume dan ditranslasikan dari Paper IT Doesn't Matter Nicholas G. Carr)
Semoga para pelaku IT bisa mengambil pelajaran dari analisis yang dilakukan oleh Nicholas G.Carr diatas.
"Sometimes, we need to stop a while or take some steps back to make higher jump" :-)
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Wednesday, 4 July 2012
Ide Gila(ng) : "Informasi Elektronik stasiun kereta di gerbong KRL" Bagian 2) Solusi
Hmm, hari ini saya dengan otomatis terbangun pada pukul 01.45 kawan. Mungkin itu adalah efek yang terjadi setelah sebulan penuh nongkronging TV buat nonton pesta sepak bola di benua biru, EURO. Tapi tidak mengapa, dengan bisa terbangun dini hari seperti saat ini bisa memberikan kesempatan saya untuk menulis di blog ini. :-)
Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan tentang permasalahan yang saya hadapi ketika menggunakan fasilitas KRL Bogor - Jakarta. Berikut link dari posting tersebut :http://warkop-it.blogspot.com/2012/07/ide-gilang-informasi-elektronik-stasiun.html
Summary permasalahan yang saya temui pada fasilitas KRL :
1. Kurang informasi Rute stasiun yang akan dilalui KRL di dalam gerbong.
2. Kurang jelasnya (Tidak ada) informasi yang menunjukkan lokasi stasiun saat ini dan stasiun yang akan dilalui selanjutnya di gerbong-gerbong kereta.
Masalah utama yang harus dipecahkan adalah ketidakadaan informasi yang mempermudah penumpang KRL untuk dapat menentukan kapan saatnya turun dari KRL menuju stasiun yang dikehendaki. Mungkin hanya orang-orang yang sudah familiar dan tiap hari menggunakan KRL yang bisa dengan mudah menentukan kapan waktunya dia turun dari kereta.
Setelah ditelusuri lebih jauh, KRL memiliki karakteristik,
1) bahwa rute yang dilalui sebenarnya hanya Pulang - Pergi (PP). KRL telah memiliki jalur tertentu sehingga jarang untuk pindah rute.
2) Terdapat area yang blank spot (tidak ada signal gsm) pada rute KRL.
3) Asumsi saya tiap gerbong adalah stand alone (berdiri sendiri) dalam hal kelistrikan, tidak terpusat seperti Kereta api biasa.
Oke, sekarang kita coba menawarkan solusi yang mungkin bisa diterapkan untuk memberikan informasi rute KRL pada tiap gerbong. Kita kupas dulu dari teknologi yang bisa kita gunakan untuk menawakan solusi sistem informasi rute KRL:
1. Saat ini sudah tersedia fasilitas GPS (Global Positioning System) yang cukup handal. Beberapa smartphone seperti BB, Android Phone, Windows based phone pasti memiliki fitur ini. Bahkan ada gadget GPS yang memang dikhususkan untuk melakukan tracking terhadap jalur perjalanan. Harga dari fasilitas ini sekarang sudah mulai terjangkau (murah).
2. Kita bisa mengadopsi VMS (Virtual Message Sign) / papan pengumuman yang biasanya terpasang di jalan tol sebagai acuan untuk memberikan informasi di tiap Gerbong kereta. VMS biasanya menggunakan tampilan layar LED yang cukup besar sehingga mampu terbaca dengan jelas. Selain itu, isi pesan juga dapat dikonfigurasi sesuai dengan yang kita inginkan menggunakan perangkat mikrokontroller ataupun perangkat lain.
3. Kereta merupakan rangkaian gerbong yang saling terkait, sehingga membutuhkan jalur komunikasi untuk berkomunikasi diantara mereka dalam memberikan informasi. Karena KRL itu bersifat stand alone dalam kelistrikan, berati kemungkinan terjadi "copotable" rangkaian gerbong. Jadi kita tidak bisa menggunakan jalur komunikasi secara wired (berkabel), tapi menggunakan jalur komunikasi wireless (nirkabel).
Saat ini untuk aplikasi wireless controller dan komunikasi data, terdapat teknologi Zigbee yang cukup proven untuk mengembangkan aplikasi nirkabel. Berikut link informasi mengenai zigbee : http://id.wikipedia.org/wiki/ZigBee. Dengan menggunakan teknologi ini, kita dapat berkomunikasi dengan baik antara gerbong-gerbong KRL tersebut, karena jarak maksimal komunikasi yang mampu dia tangani adalah 2 KM. Sedangkan panjang rangkaian KRL tidak sampai 2 KM.
Kita sudah memiliki 3 teknologi yang bisa dijadikan basis untuk mengembangkan sistem penginformasian lokasi dan rute kereta di gerbong KRL. Teknologi tersebut adalah GPS, VMS, dan Zigbee sebagai komunikasi data. Selanjutnya saya akan mencoba memaparkan rancangan sistem ISRT (Informasi Stasiun dan Rute Kereta). Namanya jelek ya? hehe...
Kita akan memasang GPS dan kontroller utama (bisa menggunakan mikrokontroller) di bagian lokomotif. Eh KRL tidak ada lokomotif ya? Pemasangan dilakukan di ruang masinis kalau begitu. Kontroller utama ini memiliki fungsi untuk membaca nilai koordinat yang didapatkan dari GPS kemudian membandingkan dengna koordinat stasiun-stasiun yang dilewati. Koordinat ini sebaiknya dikonfigurasi secara manual. Ketika GPS sudah menunjukkan koordinat yang tepat (melewati stasiun) maka kontroller akan mengirimkan info stasiun dengan zigbee ke gerbong-gerbong lain untuk ditampilkan melalui VMS. Penampilan info VMS ini diatur dengan menggunakan mikrokontroller juga. Contohnya ketika kontroller utama mengirimkan nilai 1 sebagai penanda stasiun X, maka mikro pengatur VMS akan mengatur tampilan VMS dengan menampilkan info "Stasiun saat ini adalah stasiun X". Dan seterusnya.
Selain menggunakan GPS sebagai trigger utama untuk penanda lokasi, sebaiknya kita juga harus mempersiapkan panel manual yang bisa dioperasikan oleh masinis. Panel bisa berupa tombol-tombol yang menunjukkan stasiun dan bisa juga dengan tombol next dan previous. Jadi ketika memasuki stasiun, masinis bisa mengaktifkan info VMS dengan menekan tombol-tombol panel tersebut. Hal ini adalah antisipasi jika sistem GPS tidak berjalan.
Sekian postingan kali ini. Postingan ini kelihatannya masih Rev 0. Saya masih ingin menambahkan gambar2 dan mungkin flowchart alur kerja sistem untuk bisa memperjelas rancangan saya ini. Insyaallah akan segera diupdate.
Saya juga aktif di twitter silahkan follow di @gilangkurniaji.
Atau di facebook g13_internisti@yahoo.co.id.
Selamat pagi, salam Warkop-IT cheers..
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan tentang permasalahan yang saya hadapi ketika menggunakan fasilitas KRL Bogor - Jakarta. Berikut link dari posting tersebut :http://warkop-it.blogspot.com/2012/07/ide-gilang-informasi-elektronik-stasiun.html
Summary permasalahan yang saya temui pada fasilitas KRL :
1. Kurang informasi Rute stasiun yang akan dilalui KRL di dalam gerbong.
2. Kurang jelasnya (Tidak ada) informasi yang menunjukkan lokasi stasiun saat ini dan stasiun yang akan dilalui selanjutnya di gerbong-gerbong kereta.
Masalah utama yang harus dipecahkan adalah ketidakadaan informasi yang mempermudah penumpang KRL untuk dapat menentukan kapan saatnya turun dari KRL menuju stasiun yang dikehendaki. Mungkin hanya orang-orang yang sudah familiar dan tiap hari menggunakan KRL yang bisa dengan mudah menentukan kapan waktunya dia turun dari kereta.
Setelah ditelusuri lebih jauh, KRL memiliki karakteristik,
1) bahwa rute yang dilalui sebenarnya hanya Pulang - Pergi (PP). KRL telah memiliki jalur tertentu sehingga jarang untuk pindah rute.
2) Terdapat area yang blank spot (tidak ada signal gsm) pada rute KRL.
3) Asumsi saya tiap gerbong adalah stand alone (berdiri sendiri) dalam hal kelistrikan, tidak terpusat seperti Kereta api biasa.
Oke, sekarang kita coba menawarkan solusi yang mungkin bisa diterapkan untuk memberikan informasi rute KRL pada tiap gerbong. Kita kupas dulu dari teknologi yang bisa kita gunakan untuk menawakan solusi sistem informasi rute KRL:
1. Saat ini sudah tersedia fasilitas GPS (Global Positioning System) yang cukup handal. Beberapa smartphone seperti BB, Android Phone, Windows based phone pasti memiliki fitur ini. Bahkan ada gadget GPS yang memang dikhususkan untuk melakukan tracking terhadap jalur perjalanan. Harga dari fasilitas ini sekarang sudah mulai terjangkau (murah).
Gambar Gadget GPS
Contoh VMS (Virtual Message Sign)
Saat ini untuk aplikasi wireless controller dan komunikasi data, terdapat teknologi Zigbee yang cukup proven untuk mengembangkan aplikasi nirkabel. Berikut link informasi mengenai zigbee : http://id.wikipedia.org/wiki/ZigBee. Dengan menggunakan teknologi ini, kita dapat berkomunikasi dengan baik antara gerbong-gerbong KRL tersebut, karena jarak maksimal komunikasi yang mampu dia tangani adalah 2 KM. Sedangkan panjang rangkaian KRL tidak sampai 2 KM.
Kita sudah memiliki 3 teknologi yang bisa dijadikan basis untuk mengembangkan sistem penginformasian lokasi dan rute kereta di gerbong KRL. Teknologi tersebut adalah GPS, VMS, dan Zigbee sebagai komunikasi data. Selanjutnya saya akan mencoba memaparkan rancangan sistem ISRT (Informasi Stasiun dan Rute Kereta). Namanya jelek ya? hehe...
Kita akan memasang GPS dan kontroller utama (bisa menggunakan mikrokontroller) di bagian lokomotif. Eh KRL tidak ada lokomotif ya? Pemasangan dilakukan di ruang masinis kalau begitu. Kontroller utama ini memiliki fungsi untuk membaca nilai koordinat yang didapatkan dari GPS kemudian membandingkan dengna koordinat stasiun-stasiun yang dilewati. Koordinat ini sebaiknya dikonfigurasi secara manual. Ketika GPS sudah menunjukkan koordinat yang tepat (melewati stasiun) maka kontroller akan mengirimkan info stasiun dengan zigbee ke gerbong-gerbong lain untuk ditampilkan melalui VMS. Penampilan info VMS ini diatur dengan menggunakan mikrokontroller juga. Contohnya ketika kontroller utama mengirimkan nilai 1 sebagai penanda stasiun X, maka mikro pengatur VMS akan mengatur tampilan VMS dengan menampilkan info "Stasiun saat ini adalah stasiun X". Dan seterusnya.
Selain menggunakan GPS sebagai trigger utama untuk penanda lokasi, sebaiknya kita juga harus mempersiapkan panel manual yang bisa dioperasikan oleh masinis. Panel bisa berupa tombol-tombol yang menunjukkan stasiun dan bisa juga dengan tombol next dan previous. Jadi ketika memasuki stasiun, masinis bisa mengaktifkan info VMS dengan menekan tombol-tombol panel tersebut. Hal ini adalah antisipasi jika sistem GPS tidak berjalan.
Sekian postingan kali ini. Postingan ini kelihatannya masih Rev 0. Saya masih ingin menambahkan gambar2 dan mungkin flowchart alur kerja sistem untuk bisa memperjelas rancangan saya ini. Insyaallah akan segera diupdate.
Saya juga aktif di twitter silahkan follow di @gilangkurniaji.
Atau di facebook g13_internisti@yahoo.co.id.
Selamat pagi, salam Warkop-IT cheers..
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Monday, 2 July 2012
Ide Gila(ng) : "Informasi Elektronik stasiun kereta di gerbong KRL" Bagian 1) Permasalahan
Lama juga saya tidak posting di blog ini. Kondisi rutinitas pekerjaan menjadi salah satu alasan mengapa sulit sekali untuk berbagi (lagi) melalui media ini. Namun, sebenarnya kemampuan menulis saya yang semakin jelek akhir-akhir ini (dulu sebenarnya juga nggak bagus :red). Saya lebih sering dengan mudahnya nyerocos sana-sini kalau obrolannya bersifat ringan dan tanpa perlu mikir sedikit. Just like what i have done in my twitter and facebook. Ketika ingin menulis dengan agak serius dan panjang lebar, jadinya stuck dan akhirnya urung untuk membuat tulisan. Sering saya hanya berhasil menulis hanya 1-2 paragraf saja..hehe.. Oke cukup segitu dulu info pemanasan, minimal untuk membangkitkan selera menulis saya kali ini.
Kali ini saya ingin sedikit berbagi ide yang sebenarnya sudah dari 2 atau 3 minggu yang lalu ingin saya posting di blog ini. Apa yang dituliskan sebenarnya sudah berkeliaran diluar kepala, tapi sayangnya memasukkan ke dalam kepalanya yang sulit..hehe..
Ide saya kali ini saya dapatkan ketika saya menggunakan moda transportasi massal KRL Bogor - Jakarta. Saat itu saya pertama kali naik KRL dan celakanya lagi saya tidak hafal nama-nama stasiun yang akan dilewati KRL tersebut. Saya berangkat dari stasiun Bogor dengan tujuan akhir stasiun Gambir. Saya berbaik sangka dengan fasilitas yang tersedia di stasiun maupun gerbong kereta. Saya mengharapkan minimal akan menemui papan petunjuk rute yang akan saya lalui. Sehingga saya bisa memperkirakan kapan waktunya untuk turun dari kereta. Celakanya, harapan saya bertepuk sebelah tangan, di dalam kereta saya kesulitan untuk menemukan info tersebut. Saya sudah berusaha mencari-cari info namun yang terdapati adalah tulisan-tulisan kanji yang saya tidak tahu artinya (kereta KRL ini adalah bekas jepang :red).
Saya mulai agak panik pada saat itu. Saya mencoba melihat sekeliling dan mencoba mencari wajah-wajah "friendly" yang mungkin bisa diajak komunikasi. Namun saya tidak bisa menemukan orang yang mungkin bisa diajak komunikasi. ) Saya sempat untuk sms kepada teman yang dulu sempat di Bogor dan sekarang kerja di Jakarta, ternyata dia juga tidak begitu hafal dengan rute KRL.(keringat dingin mulai keluar :p)
Akhirnya saya teringat bahwa HP yang saya gunakan bisa digunakan untuk browse internet. Saya berharap bahwa bisa mendapatkan signal yang baik dan koneksi internet yang lancar. Keyword yang saya cari pada saat itu adalah "Rute KRL Bogor Jakarta Kota". Alhamdulillah, ternyata ada beberapa orang yang baik hati menuliskan informasi tentang rute tersebut di blog pribadi mereka. Saya bersyukur koneksi saya bisa dengan mudah mengakses alamat blog tersebut. Wew, satu masalah terseleseikan.
Informasi rute kereta sudah ada di tangan (HP :red). Masalah baru muncul, saya tidak bisa menemukan informasi posisi saya saat ini sekarang berada pada stasiun yang mana. Ketika berhenti di beberapa stasiun, saya berharap menemukan informasi plakat atau informasi lain. Informasi melalui pengeras suara dari announcer juga tidak jelas terdengar di dalam gerbong. Hmmm, What should i do then?
Ternyata Allah masih melindungi saya pada perjalanan itu, pada saat itu ada petugas pemeriksa karcis yang datang meminta karcis. Saya menunjukkan karcis, sekaligus bertanya posisi stasiun yang akan saya lewati. Dia menjawab, "Depok, Mas". Setelah memiliki info posisi kereta saat ini, saya mulai untuk tracking rute kereta dengan melakukan scrooll di layar HP tiap kali kereta berhenti di stasiun. Kegiatan yang useless tapi memang harus saya lakukan.
Akhirnya saya berhasil turun di stasiun Gambir, tujuan dari perjalanan yang saya lakukan saat itu. Berakhir sudah penderitaan saya dengan perasaan cemas karena tidak hafal rute kereta. Saya memperhatikan, ternyata tidak hanya saya yang mengalami masalah serupa. Di depan bangku saya, tapi agak menyamping ada sepasang suami istri yang dari awal naik (kalau tidak salah dari Depok) terlihat gusar. Ternyata Bapak dan Ibu tersebut juga tidak hafal dengan rute kereta, setiap kali kereta berhenti dia bertanya pada apakah stasiun tujuan dia masih jauh atau sudah dekat. Kasihan sekali melihat Bapak tersebut. Selain itu, ada segerombolan turis asing yang juga tidak hafal rute tersebut. Mereka duduk di sebangku dengan saya. Jadi saya bisa menangkap pembicaraan mereka yang juga bingung. Dari pembicaraan mereka, mereka juga ingin turun di gambir. Akhirnya saya dengan sok akrab berkomunikasi untuk membantu mereka untuk ikut saja saya saat saya turun di Gambir. Mereka berterimakasih dan sedikit berseloroh, "This is the real jungle in Jakarta". "Yeah, it's difficult to get information in this train", jawab saya. "Welcome to Indonesia", kata salah satu mereka sambil diselingi tawa. Saya tersenyum kecut, mendengar ejekan dari mereka.
Berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan ada beberapa permasalahan yang saya temui di KRL :
1. Kurang informasi Rute stasiun yang akan dilalui KRL di dalam gerbong.
2. Kurang jelasnya (Tidak ada) informasi yang menunjukkan lokasi stasiun saat ini dan stasiun yang akan dilalui selanjutnya di gerbong-gerbong kereta.
Masalah tersebut sebenarnya bisa dengan mudah diatasi dengan bantuan teknologi. Bisa menggunakan teknologi GPS maupun manual via masinis. Insyaallah akan saya bahas proposal solusi yang saya tawarkan untuk masalah pada KRL tersebut.
Terimakasih sudah mampir dan membaca, insyallah akan segera saya post untuk solusi versi saya.
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Kali ini saya ingin sedikit berbagi ide yang sebenarnya sudah dari 2 atau 3 minggu yang lalu ingin saya posting di blog ini. Apa yang dituliskan sebenarnya sudah berkeliaran diluar kepala, tapi sayangnya memasukkan ke dalam kepalanya yang sulit..hehe..
Ide saya kali ini saya dapatkan ketika saya menggunakan moda transportasi massal KRL Bogor - Jakarta. Saat itu saya pertama kali naik KRL dan celakanya lagi saya tidak hafal nama-nama stasiun yang akan dilewati KRL tersebut. Saya berangkat dari stasiun Bogor dengan tujuan akhir stasiun Gambir. Saya berbaik sangka dengan fasilitas yang tersedia di stasiun maupun gerbong kereta. Saya mengharapkan minimal akan menemui papan petunjuk rute yang akan saya lalui. Sehingga saya bisa memperkirakan kapan waktunya untuk turun dari kereta. Celakanya, harapan saya bertepuk sebelah tangan, di dalam kereta saya kesulitan untuk menemukan info tersebut. Saya sudah berusaha mencari-cari info namun yang terdapati adalah tulisan-tulisan kanji yang saya tidak tahu artinya (kereta KRL ini adalah bekas jepang :red).
Saya mulai agak panik pada saat itu. Saya mencoba melihat sekeliling dan mencoba mencari wajah-wajah "friendly" yang mungkin bisa diajak komunikasi. Namun saya tidak bisa menemukan orang yang mungkin bisa diajak komunikasi. ) Saya sempat untuk sms kepada teman yang dulu sempat di Bogor dan sekarang kerja di Jakarta, ternyata dia juga tidak begitu hafal dengan rute KRL.(keringat dingin mulai keluar :p)
Akhirnya saya teringat bahwa HP yang saya gunakan bisa digunakan untuk browse internet. Saya berharap bahwa bisa mendapatkan signal yang baik dan koneksi internet yang lancar. Keyword yang saya cari pada saat itu adalah "Rute KRL Bogor Jakarta Kota". Alhamdulillah, ternyata ada beberapa orang yang baik hati menuliskan informasi tentang rute tersebut di blog pribadi mereka. Saya bersyukur koneksi saya bisa dengan mudah mengakses alamat blog tersebut. Wew, satu masalah terseleseikan.
Informasi rute kereta sudah ada di tangan (HP :red). Masalah baru muncul, saya tidak bisa menemukan informasi posisi saya saat ini sekarang berada pada stasiun yang mana. Ketika berhenti di beberapa stasiun, saya berharap menemukan informasi plakat atau informasi lain. Informasi melalui pengeras suara dari announcer juga tidak jelas terdengar di dalam gerbong. Hmmm, What should i do then?
Ternyata Allah masih melindungi saya pada perjalanan itu, pada saat itu ada petugas pemeriksa karcis yang datang meminta karcis. Saya menunjukkan karcis, sekaligus bertanya posisi stasiun yang akan saya lewati. Dia menjawab, "Depok, Mas". Setelah memiliki info posisi kereta saat ini, saya mulai untuk tracking rute kereta dengan melakukan scrooll di layar HP tiap kali kereta berhenti di stasiun. Kegiatan yang useless tapi memang harus saya lakukan.
Akhirnya saya berhasil turun di stasiun Gambir, tujuan dari perjalanan yang saya lakukan saat itu. Berakhir sudah penderitaan saya dengan perasaan cemas karena tidak hafal rute kereta. Saya memperhatikan, ternyata tidak hanya saya yang mengalami masalah serupa. Di depan bangku saya, tapi agak menyamping ada sepasang suami istri yang dari awal naik (kalau tidak salah dari Depok) terlihat gusar. Ternyata Bapak dan Ibu tersebut juga tidak hafal dengan rute kereta, setiap kali kereta berhenti dia bertanya pada apakah stasiun tujuan dia masih jauh atau sudah dekat. Kasihan sekali melihat Bapak tersebut. Selain itu, ada segerombolan turis asing yang juga tidak hafal rute tersebut. Mereka duduk di sebangku dengan saya. Jadi saya bisa menangkap pembicaraan mereka yang juga bingung. Dari pembicaraan mereka, mereka juga ingin turun di gambir. Akhirnya saya dengan sok akrab berkomunikasi untuk membantu mereka untuk ikut saja saya saat saya turun di Gambir. Mereka berterimakasih dan sedikit berseloroh, "This is the real jungle in Jakarta". "Yeah, it's difficult to get information in this train", jawab saya. "Welcome to Indonesia", kata salah satu mereka sambil diselingi tawa. Saya tersenyum kecut, mendengar ejekan dari mereka.
Berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan ada beberapa permasalahan yang saya temui di KRL :
1. Kurang informasi Rute stasiun yang akan dilalui KRL di dalam gerbong.
2. Kurang jelasnya (Tidak ada) informasi yang menunjukkan lokasi stasiun saat ini dan stasiun yang akan dilalui selanjutnya di gerbong-gerbong kereta.
Masalah tersebut sebenarnya bisa dengan mudah diatasi dengan bantuan teknologi. Bisa menggunakan teknologi GPS maupun manual via masinis. Insyaallah akan saya bahas proposal solusi yang saya tawarkan untuk masalah pada KRL tersebut.
Terimakasih sudah mampir dan membaca, insyallah akan segera saya post untuk solusi versi saya.
================================================= kurangin tidur banyakin ngopi
Subscribe to:
Posts (Atom)