Tuesday, 11 September 2012

"Information Technology (IT) Doesn't Matter, Carr" Sebuah cara pandang lain tentang investasi IT


Udah lama nih nggak posting di blog tercinta. Kangen juga ternyata... hehe... Alhamdulillah saat ini kuliah sudah dimulai kembali, insyaallah banyak ilmu yang bisa "dirampok" disini. :-) Biasanya kalau udah kuliah gini, jadi rajin posting-posting di blog. Semoga aja bisa dilakukan secara kontinu, berbagi ilmunya..
Pada postingan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah paradigma dari seorang analis Bisnis dari Harvard university mengenai kondisi investasi IT dalam upaya meningkatkan nilai tambah dari suatu perusahaan. Hal yang sangat menarik adalah argumen yang dilontarkan oleh beliau bahwa sebenarnya pada saat ini "IT doesn't Matter" bagi perusahaan-perusahaan. Penasaran? Sebagai orang IT pasti kita mengernyitkan dahi ketika membaca argumen ini, tapi artikel ini menarik untuk disimak. Selamat membaca. :-)

Semenjak ada penemuan dan pengembangan mikroprosessor dengan teknologi silicon, menyebabkan dunia IT berkembang dengan pesat. Pesatnya teknologi tersebut merubah tata cara berbisnis dunia. Teknologi informasi menjadi tulang punggung bagi perdagangan dunia.
Perkembangan dan kekuatan Teknologi informasi yang semakin meningkat membuat perusahaan memandang bahwa sumberdaya teknologi informasi menjadi aspek yang kuat untuk mencapai kesuksesan. Investasi untuk mengaplikasikan dan mengembangkan teknologi informasi di perusahaan meningkat dengan pesat.
Meningkatnya investasi dan pemujaan terhadap IT merubah cara pandang terhadap IT. Perusahaan sangat memperhatikan bahwa teknologi informasi memiliki nilai strategis dalam upaya untuk meningkatkan sisi kompetitif perusahaan.
 Pandangan tersebut merupakan sebuah kesalahan. Nilai strategis didapatkan dari kelangkaan bukan dari benda yang bersifat ubiquity.Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dibanding pihak lain hanya karena perusahaan lain tidak mampu atau tidak bisa melakukannya. Padahal, saat ini ketersediaan IT sangat mudah didapatkan. Hal ini membuat potensi IT sebagai sumberdaya potensial berubah hanya menjadi faktor komoditas dari sebuah produksi. 
Contoh nyata fenomena tersebut adalah pada fenomena mesin uap, jalur kereta api, telegraph, telepon, generator listrik sampai mesin pembakaran internal. Ketika sudah meningkat ketersediannya dan menjadi benda yang jamak,maka teknologi tersebut bukan lagi menjadi strategic standpoint dalam meningkatkan value perusahaan.

Keuntungan yang menghilang

Pemanfaatan infrastruktur teknologi akan menjadi sesuatu yang sangat potensial jika teknologi tersebut merupakan teknologi yang sukar untuk diperoleh kompetitor. Perusahaan akan memiliki keuntungan yang sangat tinggi jika mempunyai hak milik akan sebuah teknologi. Namun lama-kelamaan dengan berkembangnya teknologi akan mengakibatkan teknologi tersebut berubah menjadi infrastruktur teknologi yang umum.
Analogi pemanfaatan teknologi informasi pada saat ini memiliki gejala yang sama dengan pemanfaatan infrastruktur-infrastruktur teknologi lain pada awal-awal abad 20-an. Jalur kereta api, pada awalnya merupakan sebuah infrastruktur penting bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai berupaya untuk meningkatkan kemudahan distribusi produk mulai dari pabrik, distributor sampai ke pelanggan dengan membangun jalur-jalur kereta api pribadi. Tapi pada suatu titik, perusahaan-perusahaan tersebut sadar bahwa teknologi tersebut tidak reliabel untuk dimiliki secara personal oleh perusahaan. Sehingga teknologi tersebut menjadi infrastruktur umum yang dapat diakses oleh banyak pihak. Pada titik tersebut potensi jalur kereta api sebagai nilai tambah menjadi menghilang. Fenomena tersebut juga didukung oleh sejarah yang sama pada teknologi-teknologi lain seperti, telegraph, telephone, mesin uap, stasiun pembangkit listrik.
Saat teknologi sudah menjadi infrastruktur yang jamak dan dapat diperoleh dengan mudah. Keuntungan yang didapat bukan lagi menjadi keuntungan pribadi perusahaan namun sudah menjadi keuntungan secara makro ekonomi. Poin utama yang harus diperhatikan, seberapa besarpun potensi strategis dari suatu teknologi yang mampu membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain akan menurun potensinya jika teknologi tersebut menjadi mudah diakses dan tersedia bagi semua.

 Komoditisasi dari IT

Meskipun sedikit lebih kompleks dibanding teknologi-teknologi terdahulu, IT memiliki fenomena yang mirip. Fungsi IT cenderung mengarah pada transportasi  atau pemindahan data. Sifat infrastruktur IT sebagai sarana transportasi ini akan lebih menguntungkan jika disharing. Apalagi, IT memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk ditiru. Fungsi-fungsi yang semakin banyak diketahui oleh masyarakat umum akan mendorong terbentuknya standarisasi teknis. Hal tersebut akan menjadi akhir dari aplikasi propietary dan akan berubah menjadi “economic obsolence”. Bukan hanya software yang mudah ditiru sebagai penyebab utama terjadinya economic obsolence, penggunaan software yang generik tentu akan menyeragamkan bisnis proses sebagian besar perusahaan.
Kemunculan internet mendorong terjadinya komoditisasi IT dengan menyediakan jalur pengiriman yang sempurna untuk aplikasi generik. Terlebih lagi pada saat ini perusahaan memenuhi kebutuhan teknologi hanya dengan membeli web service dari pihak ketiga. Vendor-vendor utama saat ini pun mulai berpikir untuk menempatkan diri sebagai “IT utilities”. Sehingga, perusahaan mulai merubah aplikasi yang dikembangkan sendiri dengan aplikasi yang generik.
Kesimpulan dari semua alasan yang telah dikemukakan. IT akan menjadi subyek yang mengalami penurunan harga yang sangat cepat. Dikarenakan batasan-batasan keunggulan dari kompetitor mulai hilang dan IT menjadi komoditas yang bisa diakses dengan mudah oleh semua pihak.
Seperti infrastruktur-infrastruktur teknologi terdahulu, IT menyediakan kesempatan untuk perusahaan memiliki keuntungan kompetitif hanya pada saat teknologi tersebut dimiliki secara pribadi (propieatary). Namun akan mengalami penurunan kegunaan jika teknologi tersebut sudah jamak dimiliki oleh masyarakat.  
Contoh perusahaan yang mengalamai fenomena tersebut adalah,
a.   AHS (American Hospital Supply dengan “ASAP (Analytical Systems Automated Purchasing)”
b.   American airlines dengan “Sabre Reservation System”
c.    Federal Express dengan “Package-Tracking System”
d.   Mobil Oil dengan teknologi “Automated Speedpass payment System”
e.   Reuter dengan “financial information network”
f.     E-bay dengan usahanya yang mampu merubah industri dengan IT.
Dari contoh diatas, memiliki fenomena yang mirip. Keunggulan pemanfaatan infrastruktur IT hanya terjadi ketika kompetitor lain belum memiliki teknologi tersebut. Namun ketika teknologi sudah dapat dimiliki secara luas maka keunggulan tersebut menurun dengan cepat. Namun tidak bisa dipungkiri terdapat perusahaan-perusahaan yang dapat memanfaatkan inovasi IT untuk menjadi keunggulan utama perusahaan tersebut. Contohnya terjadi pada Walmart dan Dell Computer.
Tetapi, pada saat ini kesempatan untuk meningkatkan keuntungan dari investasi berbasis IT mengalami trend penurunan. Berdasarkan sejarah, teknologi yang mampu memberikan dampak besar terhadap perubahan perilaku industri pada suatu titik akan mengalami penurunan dikarenakan waktu perkembangan teknologi tersebut sudah mendekati akhir. Pada saat ini IT berada pada posisi penurunan tersebut.  Ciri-ciri teknologi IT yang dinilai sudah mulai mendekati akhir perkembangan antara lain, sebagai berikut,
a.   Kekuatan IT melampaui kebutuhan perusahaan.
b.   Harga dari fungsionalitas IT menjadi sangat murah sampai pada titik dimana teknologi dapat dimiliki oleh orang banyak.
c.    Kapasitas dari jaringan distribusi universal tidak seimbang dengan rendahnya kebutuhan industri.
d.   Vendor mulai memposisikan diri sebagai suplier komoditi atau sebagai bagian dari utilitas perusahaan.
e.   Gelembung investasi IT yang telah meledak, yang secara historis menjadi indikasi yang jelas bahwa teknologi telah mencapai akhir masa perkembangan.
Walaupun nilai dari IT mengalami penurunan namun tetap terdapat beberapa perusahaan yang mengalami perkecualian karena memiliki aplikasi yang memiliki spesifikasi yang sangat tinggi.

Perubahan paradigma investasi IT (From Ofensif to Defensif)

Trend penurunan kegunaan IT dalam memberikan nilai tambah ke perusahaan seharusnya disikapi dengan bijak dengan pengelolaan IT yang lebih baik. Apalagi investasi IT memiliki resiko operasional yang relatif besar. Resiko operasional yan berhubungan erat dengan IT antara lain, technical gliches, keusangan, berhentinya layanan, vendor atau partner tidak terpercaya, pelanggaran keamanan, bahkan terorisme. Dan yang paling utama adalah perusahaan mulai beralih dari sistem yang terkontrol dengan ketat dan propieatary menjadi terbuka dan di-share.
Pada saat ini sudah seharusnya, manajemen investasi IT sudah melakukan perubahan paradigma berinvestasi terhadap IT.Berdasarkan gejala-gejala yang timbul, paradigma investasi yang terus berupaya melakukan investasi IT hanya demi memperoleh posisi strategis dalam kompetisi menjadi kurang tepat. Seharusnya perusahaan saat ini lebih berpikir kearah bagaimana untuk memanfaatkan teknologi IT yang sudah dimiliki untuk dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal (Pola Defensif).
 Beberapa perusahaan saat ini sudah melakukan terobosan dengan berupaya mengidentifikasi kerentanan yang mereka miliki daripada melakukan investasi pada teknologi baru. Secara lebih jauh, bencana yang paling menakutkan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan adalah pengeluaran yang berlebih. Padahal investasi IT akan mengalami penurunan harga yang sangat signifikan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan penghematan besar-besaran untuk pengeluaran pada investasi IT. Perusahaan harus pandai dalam menentukan skala prioritas pembelian IT.
Pada tahapan yang lebih tinggi, penghematan dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap hasil yang didapatkan dari investasi sebuah sistem. Perusahaan tersebut berupaya lebih kreatif dalam mencari alternatif yang lebih murah dan sederhana bahkan membuka peluang untuk melakukan outsourcing.
Pengeluaran yang tinggi terhadap investasi pada IT sebenarnya akibat dari strategi dagang para vendor-vendor IT. Vendor tersebut memiliki kemampuan strategis untuk mendorong perusahaan-perusahaan terus menerus mengeluarkan investasi untuk pembelian dan upgrade infrastruktur IT yang mereka miliki. Oleh karena itu, perusahaan harus bijak dalam menyikapinya.
Selain bijak dalam melakukan investasi IT, perusahaan juga harus menghilangkan kecerobohan dalam pemanfaatan IT yang selama ini dilakukan. Sebagian besar infrastruktur IT pada saat ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berguna bagi perusahaan.
Strategi investasi yang sangat bagus untuk dilakukan pada saat ini adalah dengan melakukan penundaan investasi IT hingga pada saat yang tepat. Kebiasaan perusahaan yang kurang sabar dan takut tertinggal teknologi menyebabkan investasi IT menjadi membesar. Biaya riset dan investasi IT akan sangat tingi dan tidak relevan dengan keuntungan yang didapatkan.  Dilain pihak terdapat perusahaan yang memiliki strategi cerdas. Perusahan tersebut mampu untuk mendapatkan keuntungan lebih dengan cara menunggu sampai teknologi tersebut terstandarisasi dan telah tersedia best practices yang solid.
Pendapat bahwa pengurangan pengeluaran untuk IT dapat merusak posisi kompetitif suatu perusahaan tidak sepenuhnya benar. Bahkan menurut statistik yang dikeluarkan oleh “Alineam Consulting Firm” menyatakan, 25 Perusahaan teratas yang memperoleh keuntungan tertinggi dari investasi IT justru memiliki pengeluaran relatif kecil dibanding perusahaan pada umumnya.
Tata cara pengelolaan IT yang baik pada saat ini harusnya tidak lagi berupaya mencari keuntungan secara agresif dari investasi IT, namun lebih kearah mengatur manajemen risiko dan biaya dengan cermat. Dengan pola fikir defensif terhadap investasi IT pada saat ini akan menyelamatkan perusahaan dari investasi yang mubazir.

(*Diresume dan ditranslasikan dari Paper IT Doesn't Matter Nicholas G. Carr)

Semoga para pelaku IT bisa mengambil pelajaran dari analisis yang dilakukan oleh Nicholas G.Carr diatas.
"Sometimes, we need to stop a while or take some steps back to make higher jump" :-)

================================================= kurangin tidur banyakin ngopi

4 comments:

  1. terimakasih banyak. terjemahan dalam bahasa indonesia sangat membantu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya tau ini siapa ^^

      Btw, terima kasih banyak yaaah..membantu banget :)

      Delete
  2. sankyu gan,..nyari resume yang beres dari kemaren g nemu"

    terbantu ane dalam tugas ini

    ReplyDelete
  3. terima kasih banyak sudah terjemahkan dalam bahasa indonesia. sangat membantu.

    ReplyDelete