Saturday 21 August 2010

Luar Biasa : Di Jepang, dari 100 Calon Guru Hanya 10 Orang yang Berhasil Menjadi Guru

Coba anda bayangkan di negara yang hebat dalam dunia pendidikan (Jepang .red), profesi guru telah menjadi profesi yang sangat mengutamakan kualitas. Mereka hanya benar-benar berani mengeluarkan "SIM" (Surat Ijin Mengajar) kepada calon-calon tenaga kependidikan yang berkualitas. Disana seleksi yang dilakukan begitu ketatnya. Sampai calon-calon guru yang tidak lolos harus belajar lagi agar dapat memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan yang distandarkan.
Tidak heran kalau dunia pendidikan mereka begitu maju. Karena selain ditunjang sarana dan prasarana juga kualitas guru yang mengajar sangat baik. Paradigma yang memberikan perhatian lebih kepada sektor pendidikan ternyata berimbas pada kemajuan di bidang sosial dan ekonomi mereka.
Bandingkan dengan proses pencetakan tenaga pengajar di Indonesia. Kita masih sering menemui universitas-universitas keguruan yang bersifat abal-abal dan hanya fokus untuk menghasilkan sejumlah kuantitas guru. Kualitas seringkali tidak begitu penting. Seharusnya ini menjadi pertimbangan penting kepada dinas pendidikan. Guru merupakan salah satu aspek penting yang dapat menentukan kualitas pendidikan itu sendiri.
Tapi memang hal tersebut belum dapat terlaksana jika profesi guru belum menjadi profesi "primadona". Profesi primadona ini memiliki pengertian jika profesi guru mampu menjamin kesejahteraan yang baik bagi guru. Dengan memberikan kesejahteraan yang bagus. Niscaya "manusia-manusia" pintar yang dimiliki negeri ini akan dengan senang hati berjuang di dunia pendidikan (jadi guru .red). Sehingga kompetisi untuk menjadi guru bisa semakin ketat dan menghasilkan output sesuai harapan bangsa.

Semoga saja pemerintah kita segera sadar bahwa membangun bangsa bukan hanya dari tampilan luar saja. Namun juga dari dalam diri bangsa. Sebenarnya kita sudah salah kebijakan sejak zaman pak harto, yang menampilkan wajah begitu wah (pembangunan material), namun aspek-aspek non material (pendidikan, moral, dsb) terabaikan. Dan semoga para generasi muda yang memiliki potensi menjadi guru berkualitas tidak anti untuk masuk ke universitas keguruan.

Let's make our education better,,,

note : cerita ilustrasi tentang kehidupan di jepang, adalah cerita yang saya dapatkan dari teman yang sedang ppl d MAN 3 Malang. Disana terdapat "native speaker" dari jepang. Dan mereka sering sharing tentang dunia pendidikan.
================================================ kurangin tidur banyakin ngopi

2 comments:

  1. Sebetulnya saat ini profesi guru itu sangat menyenangkan, sebab selain dapat gaji, juga dapat tunjangan profesi yang besarnya sama dengan gaji, belum lagi dapat komisi dikit-dikit dari sekolah (sekolah banyak proyek lho, ada BOS, BOS buku, DAK dan semacamnya). Jadi sekarang jadi guru bisa kaya raya (kalau materi tujuannya). Tapi masalahnya, guru yang telah dapat sertifikat guru profesional (lalu dapat tunjangan profesi), tetap tidak mampu menjaga nama baiknya sendiri, mereka tetap menjadi guru yang tak berkualitas... Ini menyedihkan. Makanya, pt yang mnelorkan guru mesti diawasi oleh kementerian pendidikan secara lebih ketat, agar guru2 kita ke depan benar-benar bagus

    ReplyDelete
  2. saya sangat setuju dengan pendapat Pak Arus Rasyid. Memang saat ini seharusnya pengeluaran sertifikat kelulusan lebih diperketat lagi. Soalnya buat apa banyak guru yang diciptakan tetapi tidak mampu untuk meningkatkan pendidikan itu sendiri. Sama juga artinya perguruan tinggi hanya memproduk "calon-calon beban negara". Memang sudah seharusnya setiap lulusan dari perguruan tinggi memiliki kontribusi yang lebih dalam memajukan dunia pendidikan.

    Terimakasih kunjungannya...

    ReplyDelete